1.
Jelaskan pengertian, tujuan dan
ruang lingkup dari IBD ?
PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan
dapat membcrikan pengetahuan dasar dan pengcrtian umum tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan.
Istilah IBD
dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang
berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun istilah Humanities
itu sendiri berasal dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi,
berbudaya dan halus (fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan
seseorang ‘akan bisa mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus.
Secara demikian bisa dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah
nilai-nilai, yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu
yaitu The Humanities di samping tidak mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain
sebagai manusia itu sendiri. Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic
Humanities) sebagai satu matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities
(yang disalin ke dalam bahasa Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya
(The Humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang
ilmu (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke
dalam berbagai bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik,
seni rupa dan lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities)
sebagaimana dikemukakan di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan
untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat
didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara
gabungan berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan
masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan
poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang
berasa! dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan
pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA
DASAR
Sebagaimana
dikemukakan di atas, penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) tidak lain merupakan
usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikem-bftngkan untuk mengkaji msalah-masalah manusia
dan kebudayaan, Dengan demikian jelas bahwa matakuliah ini tidak dimaksudkan
untuk mendidik seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian (disiplin) yang
termasuk. dalam pengetahuan budaya, akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata
sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang
menyangkut dirinya sendiri.
Dan bahwa dalam masyarakat
yang berkabung semakin Cepat dan rumit ini, mahasiswa harus mcngalami
pergeseran nilai-nilai yang , mungkin sekali dapat membuatnya masa bodoh atau
putus asa, suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh seorang terpelajar.
Bagaimanapun juga, mahasiswa adalah orang-orang muda yang sedang mempelajari
cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terjadi atas
dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu
dibimbing untuk menemukan cara terbaik yang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa
harus mengorbankan masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidak langsung Budaya
Dasar akan membantu mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berpijak dari hal di atas, tujuan matakuliah Ilmu Budaya
Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya
berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi dan penalaran mengenai
lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus. Untuk bidag menjangkau
tujuan tersebut di atas, diharapkan Ilmu Budaya Dasar dapat:
a.Mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap
lingkungan budaya, sehingga mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
b.Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperluas
pandangan mereka tcntang masalah kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan
daya kritis mercka tcrhadap persoalan-persoalan yang mcnyangkut kedua hal
tcrscbut.
c.Mcngusahakan agar mahasiswa sebagai caion pcmimpin bangsa
dan ncgara, serta ahli dalatn bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke
dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotaan disiplin yang ketat. Usaha ini
tcrjadi karcna ruang lingkup pendidikan kita amat dan condong mem-buat manusia
spcsialis yang berpandangan kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah
kcmampuan mahasiswa untuk menanggapi nilai-nilai dan masalah dalam masyarakat
lingkungan mereka khususnya dan masalah seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu
terikat oleh disiplin mereka.
d.Mcngusahakan wahana komunikasi para akademisi, agar mercka
lebih mampu bcrdialog satu sama lain. Dengan mcmiliki satu bekal yang sama,
para akademisi diharapkan dapat lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara
berkomunikasi ini selanjutnya akan lebih memperlancar pclaksanaan pembangunan
dalam bcrbagai bidang keahlian. Mcskipun spcsialisasi sangat penting,
spcsialisasi yang terlalu sempit akan membuat dunia scorang mahasiswa/sarjana
menjadi tcrlalu sempit. Masyarakat yang pcrcaya pada pentingnya modcrnisasi
tidak akan dapat memanfaat-kan sccara penuh sarjana-sarjana demikian, scbab
proses modcrnisasi mcmerlukan orang yang bcrpandangan luas.
Secara umum tujuan IBD adalah Pembentukan dan
pengembangan keperibadian serta perluasan wawasan perhatian, pengetahuan dan
pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam lingkungan,
khususnya gejala-gejala berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan, agar daya
tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan lingkungan budaya dapat
diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu Budaya Dasar itu adalah:
1. Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan
budaya, scrta lebih bertanggung jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
2. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk
lebih mudah menyesuaikan diri.
3. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat, hormat menghormati serta simpati pada nilai-nilai yang hidup
pada masyarakat.
4. Mengembangkan daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan
dan kebudayaan.
5. Memiliki latarbelakang pengetahuan yang cukup luas
tentang kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
7. Mendukung dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan
kreatif.
8. Tidak terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan
disiplin ilmu.
9. Menambahkan kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah
nilai-nilai budaya dalam masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh
disiplin mereka.
10. Mempunyai kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak
mengenai masalah kemanusiaan dan kebudayaan.
11. Terjalin interaksi antara cendekiawan yang berbeda
keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12. Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam
bertugas menghadapi masalah kemanusiaan dan budaya.
13. Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai
bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
14. Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang
membangun.
15. Agar mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan
Tinggi, khususnya dharma pendidikan.
Dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan tersebut diatas,
dua masalah pokok biasa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
ruang lingkup kajian matakuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kedua masalah pokok
tersebut ialah :
a. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya mcrupakan
ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapal didekati dengan menggunakan
pengetahuan budaya (The Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian
(disiplin) di dalam pengetahuan budaya, maupun sccara gabungan (anlar bidang)
bcrbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
b. Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi
yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing zaman.
Perubahan Kebudayaan
2.
Jelaskan pengertian kebudayaan,unsur” kebudayaan, wujud kebudayaan, orientasi
nilai budaya dan perubahan kebudayaan ?
Pengertian
Kebudayaan,,
adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh
manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling
sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah
tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang
dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan
serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai tingkah laku rata-rata,
tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang – ulang. Kehidupan
manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku
manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata
atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan
dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma
rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah
laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi
sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh setiap individu tentang
apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan / keyakinan yang
merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi
kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa tentang individu, orang
lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia
supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa, yakni system kodifikasi
kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi keperluan komunikasi
manusia.
Definisi kebudayaan di atas seolah bergerak dari suatu kontinum nilai
kepercayaan kepada perasaan dan perilaku tertentu. Perilaku tertentu. Perilaku
tersebut merupakan model perilaku yang diakui dan diterima oleh pendukung
kebudayaan sehingga perilaku itu mewakili norma-norma budaya.
Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan
kebudayaan sebagai berikut :
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai,
norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada
generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai
anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu yang terbentuk oleh
Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol
tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk
mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat.
Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media,
pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah
sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan
produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan
sekedar dialihkan secara genetikal.
Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi
Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan kebudayaan?
1. Berdasarkan. Eri cyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog
diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans
untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan
bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode
kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa
kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu
diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta
berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek
fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat
istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan
dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia
memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui
belajar secara biologis.
Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adapt istiadat, dan
kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan
ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya
sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
(Dictionary of Cultural Literacy).
Beberapa Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan
Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka ada baiknya saya mengemukakan
beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa diantaranya selalu
digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi antar budaya.
• Budaya Dominan
• Common culture
• Sub kultur
• Cultural lag
• Culture shock
• Kebudayaan tradisional
• Multikultural
Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan
besar(cultural universal): dikemukakan oleh C. Kluckhon ada 7
1. Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai homo religius.
Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur tanggap bahwa
diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu
manusia takut sehingga menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi
agama.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan (homo socius)
Merupakan prodak manusia sebagai homo socius.
Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal maka disusunlah
organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
3. Sistem pengetahuan (homo safiens)
Merupakan prodak manusia sebagai homo safiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo ekonomicus)
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat
kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
Ilmu Budaya Dasar Halaman 4 dari 8
5. Sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo faber)
Merupakan produk manusia sebagai homo faber.
Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya manusia
dapat membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah
manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya .
6. Sistem bahasa (homo longuens)
Merupakan produk manusia sebagai homo longuens.
Wujud Kebudayaan
Prof. Dr. Koentjoroningrat
menguaikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam yaitu:
- Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-de,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
- Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
- Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal
kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam
alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam
arsip kartu komputer, pita komputer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan
manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada
masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling
berkaitan menjadi suatu sistem, disebut sistem budaya atau cultural, yang dalam
bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut
sistem sosial atau sosial sistem, yaitu mengenai tindakan berpola manusia
itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola
tertentu. Sistem sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto
dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut
kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam
masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto
dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan ideal dan
adat-istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan,
tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik.
Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan hidup tertentu yang makin
menjauhkan mansia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola
berpikir dan berbuatnya.
Adapun unsur kebudayaan yang
bersifat universal yang dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di
dunia ini, ialah:
- Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari
misalnya; pakaian, perumahan, alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.
- Sistem mata pencaharian dan sistem ekonom. Misalnya;
pertanian perternakan, sistem produksi
- Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, sistem
perkawinan, sistem warisan
- Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun
tertulis
- Ilmu pengetahuan
- Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak
- Sistem religi.
Masing-masing unsur kebudayaan
universal ini pasti menjelma dalam ketiga wujud budaya tersebut di atas,
yaitu wujud sistem budaya, sistem sosial, dan unsur budaya fisik.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil ciptaan
manusia yang hidup dalam masyarakat. Dari hidup bermasyarakat itulah maka
timbullah kebudayaan. Hanya saja karena manusia yang hidup bermasyarakat itu
terpencar-pencar di segala penjuru dunia, maka kebudayaan yang ditimbulkan juga
bermacam-macam pula.
Misalnya; semua bangsa menginginkan
pakaian, rumah dan makanan. Tetapi pakaian, rumah dan makanan yang
diinginkannya itu bagaimana bentuknya, masing-masing bangsa berbeda-beda.
Contoh; pakaian nasional bangsa
Eropa berbeda dengan pakaian bangsa Arab, dan berbeda pula dengan bentuk
pakaian bangsa Indonesia. Begitu pula bentuk rumah dan jenis makanan.
Apakah yang mempengaruhi perbedaan
itu?
Dengan kata lain: faktor-faktor
apakah yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan itu?
Jelas ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, yaitu:
(+) Faktor alam (lingkungan
geografis)
Yang dimaksud faktor alam atau
lingkungan geografis adalah faktor letak tata bumi, termasuk iklim, alam fisis
seperti kayu, batu dan sebagainya. Faktor alam ini umumnya mempunyai pengaruh
yang besar terhadap pembentukan suatu kebudayaan. Pengaruh Islam ini tidak saja
nampak pada kebudayaan kebendaan, tetapi juga pada kebudayaan kerohanian.
Misalnya;
- Bangsa-bangsa di daerah sekitar kutub utara,
berhubungan keadaan alamnya, mereka makan lemak, atau beruang es. Pakaian
mereka dibuat dari kulit binatang dan tebal-tebal. Rumah-rumah dibentuk
dari es. Demikian pula kepercayaan, perkawinan, kehidupan keluarga,
semuanya disesuaiakn dengan alam sekelilingnya.
- Sedang bangsa-bangsa di daerah tropic, mereka makan
daging, sayur-sayuran dan hasil bumi. Alat-alat dibuat dari batu, kayu,
besi dan lain-lain. Pakaian mereka tipis. Rumah-rumah mereka dibuat dari
kayu, bambu besi, batu dan lain-lain. Demikian pula kehidupan keluarga,
kepercayaan, perkawinan, upacara-upacara
Jelaslah kiranya, bahwa makan,
pakaian dan hasil-hasil bumi lainnya yang terdapat pada bangsa-bangsa di daerah
kutub berlainan sekali dengan di daerah tropic, dan juga dipadang pasir, dan
seterusnya. Kepandaian membuat rumah dari kayu tentu terdapat pada daerah yang
banyak kayu. Kepandaian berburu terdapat pada daerah yang banyak binatangnya.
Begitu seterusnya.
ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai
udaya secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :
- Hakekat Hidup Manusia hakekat, Hidup setiap kebudayaan berbeda secara
exstern. Seperti bcrusaha memadamkan hidup,menganggap kelakuan hidup tertentu
sebagai suatu hal yang baik.
-Hakekat karya Manusia, Kebudayaan hakekatnya berbeda-beda ada yang bertujuan
u-ntuk hidup,dan lain sebagainya.
-Hakekat waktu Manusia, Hakekat waktu setiap budaya berbeda,ada yang mementingkan
orientasi masa lampau dan mementingkan orientasi masa kini.
-Hakekat Alam Manusia, Manusia memiliki anggapan yang berbeda,ada yang
beranggapan kebudayaan harus mengeksploitasi alam dan ada pula yang beranggap
manusia harus harmonis dengan alam.
-Hakekat Hubungan Manusia, Mementingkan hubungan antar sesamanya dan orientasi
pada tokoh,yang berpandanga individualis ditinggalkan saja.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu
unsur kebudayaan baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup
berperan adalah:
1. Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan
orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda. Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan
dengan orang yang beraneka ragam kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga
masyarakat yang bersikap terbuka terhadap unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap
mudah menerima kebudayaan asing lebih-lebih lagi nampak menonjol kalau
masyarakat tersebut menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat dicapai dengan
adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang datang dan berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri, maupun yang berasal dari kebudayaan yang datang dari luar.
2. Kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut
ditentukan oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini
terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada dalam masyarakat tersebut;
maka penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang baru atau asing selalu mengalami
kelambatan karena harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan
pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan baru
akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan
dengan ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak
pranata-pranata yang sudah ada.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan
unsur kebudayaan baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem
otoriter akan sukar untuk dapat menerima suatu unsur kebudayaan baru, kecuali
kalau unsur kebudayaan baru tadi secara langsung atau tidak langsung dirasakan
oleh rezim yang berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan mereka.
4. Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu
masyarakat kalau sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi
landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di
pulau Jawa, adanya sepeda sebagai alat pengangkut dapat menjadi landasan
memudahkan di terimanya sepeda motor di daerah pedesaan di Jawa; dan memang
dalam kenyataan demikian.
5. Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat
dengan mudah dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan,
dibandingkan dengan sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang
sukar secara konkrit dibuktikan kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio
transistor dengan mudah oleh warga masyarakat Indonesia, dan bahkan dari
golongan berpenghasilan rendah merupakan benda yang biasa dipunyai.
Dari beberapa pokok pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan
penerimaan unsur-unsur baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat
karena: 1) inovasi tersebut bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang sudah
ada; 2) kalau inovasi tersebut akan mengakibatkan perubahan pola-pola
kebudayaan dan struktur sosial yang sudah ada dan menggantikannya dengan yang
baru; 3) kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan dengan pandangan
hidup atau nilai yang ada dalam masyarakat bersangkutan: misalnya “free lover”
untuk masyarakat Indonesia akan ditentang kalau harus diterima sebagai suatu cara
hidup;
4) disamping itu bila inovasi itu
dianggap terlalu mahal biayanya juga akan terhambat dalam penciptaannya maupun
dalam penyebaran atau difusinya, terkecuali kalau oleh kelompok yang
digolongkan sebagai “vested interests” inovasi tersebut dianggap menguntungkan
maka inovasi akan diterima.
Penerimaan atas unsur baru atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya
berbagai kekacauan sosial yang merupakan perwujudan- perwujudan dari proses
perubahan sosial, sebelum inovasi tersebut diterima dengan mantap dan menjadi
baku dalam tata kehidupan sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kekacauan
sosial tersebut biasanya dinamakan sebagai disorganisasi sosial (social
disorganization). Dalam keadaan kekacauan sosial ini, aturan-aturan atau
norma-norma lama sudah tidak berlaku lagi atau sebagian-sebagian masih berlaku
sedangkan aturan-aturan atau norma-norma lama tersebut dalam mengatur kehidupan
sosial warga masyarakat. Sehingga dalam tahap ini terdapat semacam kebingungan
atau kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan sosial.
Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan
baru telah mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka
dapatlah dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib
sosial lagi. Tidak selamanya suatu penerimaan inovasi menimbulkan kekacauan
sosial. Kekacauan sosial terwujud bila inovasi tersebut menyebabkan adanya
perubahan-perubahan yang mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya
sebab-sebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar
masyarakat.
a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat
(sebab intern)
1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.
2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan
yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya
perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu
menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator
proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan
perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam
keluarga.
b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)
Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab
yang berasal dari luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat.
1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu
daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat
tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri
dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan
besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.
2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan
perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang
berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu
kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu
kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul
proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
3. Jelaskan kaitan manusia dan kebudayaan ?
Kaitan
Manusia dengan Kebudayaan
Dalam sosiologi manusia dan
kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya
berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan
kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur
manusia agar sesuai dengannya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang
setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai
diaektis, maksudnya saling terikat satu sama lain. Proses dialektis ini
tercipta melalui 3 tahap yaitu:
a. Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan
buatan manusia.
b. Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu
suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi
bahkan membentuk perilaku manusia.
c. Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia
dapat hidup dengan baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.